POJOKNEGERI.COM – Pembangunan Teras Samarinda tahap II di kawasan Dermaga Pasar Pagi kini memasuki fase baru dengan konsep yang semakin matang.
Dalam rancangan teranyar, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda memutuskan tidak menyediakan lahan parkir kendaraan di area tersebut.
Kebijakan ini menandai pergeseran paradigma tata ruang perkotaan, dari kawasan tepi sungai yang sebelumnya cenderung padat kendaraan, menjadi ruang publik yang lebih ramah pejalan kaki, estetis, dan fungsional.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda, Desy Damayanti, mengatakan pembangunan Teras Samarinda tahap II terbagi menjadi empat segmen utama.
Pembagian ini dilakukan agar seluruh pekerjaan bisa berjalan secara paralel dan efisien.
“Kalau Teras Samarinda tahap II itu kan ada empat segmen, yaitu segmen 1, segmen 2, segmen 3, dan segmen 4. Rata-rata progresnya saat ini sudah mencapai di atas 60 hingga 70 persen,” ujar Desy.
Menurut Desy, pembagian pekerjaan ke dalam empat segmen bukan tanpa alasan.
Dengan sistem tersebut, proyek dapat digarap secara bersamaan oleh beberapa pihak, sehingga percepatan pembangunan bisa lebih optimal.
“Dibagi menjadi empat segmen itu dengan alasan supaya pekerjaan bisa dilaksanakan secara bersamaan. Karena kalau dilakukan oleh satu perusahaan saja, tentu waktunya akan lebih panjang,” terangnya.
Ia menjelaskan, masing-masing segmen memiliki tantangan tersendiri.
Salah satu yang paling kompleks adalah segmen yang berada di depan Kantor Gubernur Kalimantan Timur.
“Kendala terbesar memang ada di segmen yang berada di depan kantor gubernur. Karena kegiatan di sana termasuk jenis pekerjaan yang baru, yakni membangun struktur di atas sungai,” ucapnya.
Ia menjelaskan, pekerjaan di segmen tersebut berbeda dengan pembangunan struktur dermaga pada umumnya.
Dinas PUPR harus memperhatikan banyak aspek teknis, termasuk kekuatan struktur dan keamanan pekerja di lapangan.
“Kalau pekerjaan biasa hanya melibatkan struktur darat, tapi kali ini kita harus memperkerjakan struktur di atas sungai. Jadi, perlu kehati-hatian dan perencanaan yang matang,” tuturnya.
Sementara itu, di segmen lain seperti segmen 1, pekerjaan lebih berfokus pada pembangunan taman dan ruang terbuka hijau.
Segmen ini dinilai tidak mengalami hambatan berarti karena berada di kawasan darat dan telah mengikuti desain awal yang telah disusun berdasarkan masterplan Teras Samarinda.
“Untuk segmen 1 ini lebih kepada pembuatan taman, jadi tidak ada hal-hal yang mengganggu pekerjaan. Semua masih mengikuti masterplan awal terhadap delapan segmen Teras Samarinda,” jelasnya.
Meski secara umum desain proyek tidak mengalami perubahan signifikan, ada sedikit penyesuaian pada segmen 4.
Perubahan ini dilakukan atas permintaan Dinas Perhubungan Kota Samarinda untuk menyesuaikan dengan rencana sistem angkutan massal perkotaan yang tengah disiapkan Pemkot.
“Perubahan hanya terjadi di segmen 4, dan itu pun menyesuaikan dengan rencana angkutan massal yang akan dijalankan pemerintah kota. Jadi tidak ada perubahan besar dari desain awal,” kata Desy.
Teras Samarinda sendiri merupakan bagian dari program besar penataan kawasan tepi Sungai Mahakam yang dirancang menjadi destinasi wisata baru dan ruang publik unggulan.
Sejak tahap pertama, proyek ini sudah menjadi perhatian masyarakat karena membawa wajah baru bagi jantung kota Samarinda, khususnya di sekitar Pasar Pagi dan Dermaga Mahakam.
Tahap kedua ini dirancang lebih modern dengan konsep urban waterfront yang menonjolkan keseimbangan antara fungsi sosial, ekonomi, dan ekologi.
Ruang publik akan difungsikan sebagai tempat bersantai, berolahraga, hingga kegiatan budaya masyarakat.
Salah satu kebijakan paling menonjol adalah penghapusan area parkir di kawasan Teras Samarinda II.
Langkah ini dianggap penting untuk menghindari kemacetan dan menata ulang sirkulasi kendaraan di pusat kota.
Langkah ini juga sejalan dengan visi Wali Kota Samarinda Andi Harun, yang bertekad menjadikan kota tepian Mahakam sebagai kota modern berbasis ruang publik dan lingkungan.
Melalui proyek seperti Teras Samarinda, pemerintah ingin mengembalikan identitas sungai sebagai pusat kehidupan kota.
Dengan progres yang sudah mencapai lebih dari 70 persen di beberapa segmen, optimisme penyelesaian proyek semakin tinggi.
Dinas PUPR memastikan seluruh pekerjaan berjalan sesuai jadwal dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
“Kami menjalankan kegiatan berdasarkan masterplan awal. Semua proses dilakukan dengan hati-hati dan pengawasan ketat agar hasilnya bisa optimal dan aman untuk masyarakat,” tutur Desy.
Ia menambahkan, setelah seluruh segmen tahap II rampung, pembangunan akan berlanjut ke tahap berikutnya sesuai rencana besar penataan delapan segmen Teras Samarinda.
Tahapan ini diproyeksikan akan membentuk koridor ruang publik terpanjang di sepanjang Sungai Mahakam, sekaligus menjadi ikon baru kota Samarinda.
“Tidak ada perubahan besar terhadap desain keseluruhan. Kami hanya memastikan setiap tahapnya bisa selesai dengan baik agar masyarakat segera bisa menikmati hasilnya,” pungkasnya. (*)